Pernah melihat seorang bayi yang memiliki benjolan di bagian leher atau kepalanya? Kemungkinan besar bayi tersebut mengalami higroma kistik, terlebih jika benjolan tersebut semakin membesar dari waktu ke waktu. Sebenarnya, apa penyebab dan bagaimana gejala yang ditimbulkan? Simak penjelasan lengkapnya melalui ulasan berikut ini.
Apa itu higroma kistik?
Cystic hygroma atau higroma kistik adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada sistem limfatik tubuh. Leher dan kepala bayi merupakan bagian yang paling sering ditumbuhi kista higroma. Namun tak jarang, benjolan bisa juga tumbuh di bagian tubuh lainnya seperti dada, ketiak, kaki, bokong, hingga selangkangan.
Benjolan ini bisa terdiri dari satu kista (kantung) atau lebih yang akan semakin membesar seiring berjalannya waktu. Sebagian besar kasus kista higroma kerap menyerang usia anak-anak, khususnya saat bayi masih di dalam kandungan. Meski begitu, kondisi ini juga dapat berkembang setelah bayi lahir.
Melansir dari Medical News Today, higroma kistik yang baru tumbuh setelah lahir biasanya termasuk jinak atau tidak berbahaya. Hanya saja, jika kista ini terus berkembang tentu dapat membahayakan organ-organ di sekitarnya. Misalnya mengganggu pernapasan, atau membuat bayi susah menelan.
Apa penyebab higroma kistik?
Ada 2 faktor penyebab higroma kistik, yakni karena faktor lingkungan dan faktor genetik atau keturunan. Infeksi virus dari ibu ke bayi, serta penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol selama masa kehamilan diyakini sebagai sebagian kecil penyebab terjadinya kista higroma ini.
Selain itu, kebanyakan kasus higroma kistik berkembang karena adanya kelainan kromosom di dalam tubuh bayi. Mulai dari sindrom Turner, trisomy 13, 18, atau 21, sindrom Noonan.
Bagaimana gejala yang muncul dari higroma kistik?
Gejala kista higroma tidak selalu sama, melainkan tergantung dari letak pertumbuhan kista pada tubuh. Beberapa anak bahkan bisa tidak mengalami gejala apa pun, kecuali pertumbuhan benjolan yang kian membesar setiap harinya.
Kista higroma yang tumbuh setelah bayi lahir biasanya baru benar-benar terlihat setelah anak berusia sekitar 2 tahun, dengan gejala berupa:
- Pertumbuhan kantung jaringan yang berisi cairan di satu atau beberapa bagian tubuh
- Kista tampak kebiruan
- Sleep apnea
- Kesulitan saat makan dan bernapas
- Pertumbuhan terhambat
- Kelainan tulang dan gigi
Dalam kasus yang jarang, kista higroma yang sudah semakin membesar bisa saja terinfeksi sehingga akhirnya berdarah.
Bagaimana cara menanganinya?
Sebenarnya, higroma kistik tidak harus selalu diobati selama pertumbuhannya dirasa tidak membahayakan alias jinak. Pertimbangan ini dapat dipilih jika memang jaringan tersebut tidak bersifat kanker, dan malah berisiko merusak jaringan yang sehat bila nantinya jaringan diangkat.
Akan tetapi, pertumbuhan kista higroma mau tidak mau harus dihentikan jika dirasa dapat membahayakan pertumbuhan dan kesehatan bayi. Pengobatan pertama yang dapat dilakukan dokter yakni dengan skleroterapi.
Skleroterapi adalah metode pengobatan yang dilakukan dengan cara menyuntikkan bahan kimia bernama sklerosant ke dalam jaringan kista. Bukan hanya sekali, tapi ada beberapa sesi pengobatan skleroterapi yang harus dijalani demi memastikan kista sudah tidak lagi berkembang.
Meski diyakini dapat membantu mengecilkan pertumbuhan jaringan, masih ada kemungkinan kista dapat tumbuh kembali. Pilihan selanjutnya yang bisa dipertimbangkan, yakni dengan menempuh jalur operasi setelah usia anak sudah cukup dewasa.
Pengobatan tidak selalu harus memilih salah satu di antara keduanya. Baik itu skleroterapi maupun tindakan operasi dapat dilakukan bersamaan, ketika kondisi anak memang membutuhkan kedua pengobatan ini